JANGAN MEMANDANGKU DEMIKIAN.
Jangan
Memandangku Demikian.
Penulis: Wahda Abd Waris.
Seringkali, mata kita tak ingin memandang lebih dalam lagi terhadap apa yang sudah terlihat. Menilai segala sesuatu hanya yang tampak dari luarnya saja. Mereka yang dianggap tak menggenggam apa pun yang menjanjikan kerap dicap sebagai suatu keburukan. Seakan semua itu akan melekat selamanya pada diri seorang insan. Namun, sadarkah kita? Allah SWT selalu berlaku adil kepada setiap makhluk-Nya. Allah tak pernah diam, apalagi membiarkan badai rintangan terus berdiri angkuh menerjang segala upaya dan impian.
Seorang gadis nan
jelita sedang berdiri menatap lamat-lamat bingkai foto beserta karangan bunga yang berjejer terpajang di
dinding pada ruang keluarga. Sekelebat terbayang kenangan masa lalu, di mana
rekam jejak kisah ini dimulai dan berlabu di sini. Ya, hingga ia mampu seperti
saat ini.
Syakira,
itulah namanya. Seorang gadis yang tak mengenal putus asa walau jalan
keberhasilan itu tak lebih dari secercah cahaya yang nyaris memudar. Masih
segar di ingatan, lika-liku jalan hidupnya dulu Yang selalu dihardik sang ayah
serta perlakuan orang-orang sekitar yang tak jarang memandang sebelah mata.
“Kamu ini
bagaimana sih? Sudah berulang kali ayah jelaskan materi ini sama kamu, tapi
kamu masih belum paham juga!!” Bentak seorang lelaki yang berumur tiga puluhan tahun
kepada anak sulungnya sembari menghempas kasar sebuah buku tulis ke atas meja.
“Maaf, ayah,
Syakira memang belum mengerti. Soal ini terlalu susah,” kata sang anak dengan polos
seraya menundukkan kepala dalam-dalam, berusaha menyembunyikan kesedihan nan bercampur
rasa bersalah.
“Ayah tidak
ingin mendengar alasan apa pun! Jangan-jangan memang kamu malas belajar ya?!”
Bentakan sang ayah semakin menjadi.
Bulan demi
bulan berganti tahun, ketika membahas mata pelajaran Matematika, hal serupa
sudah biasa terjadi.
Tak hanya itu,
beberapa dari keluarga besar juga turut meremehkannya.
“Kakak itu
sungguh tidak pandai dalam hal apa pun!” Cibir saudara yang lebih muda darinya serta berbagai
cercaan senada yang dilontarkan oleh anggota keluarga lain. Kalimat demi
kalimat menyakitkan itu senantiasa ia terima dengan lapang dada. Sebab, dirinya
sadar semua ucapan tersebut terlontar lantaran
nilai rapot Syakira tidak pernah memuaskan dibandingkan dengan saudara serta
sepupu-sepupunya yang lain. Yeah, mereka yang memiliki prestasi cemerlang
terutama dibidang akademik, dan hal itu tentunya merupakan suatu kebanggaan
yang belum bisa dimiliki Syakira.
Namun bukan Syakira
namanya, jika belum membuktikan bahwa ia layak melanjutkan ke jenjang
berikutnya, walau harus bersusah payah.
Jutaan bintang
memainkan cahaya yang disinari sang rembulan, seolah tak pernah jenuh meski
terkadang awan yang memekatkan malam menyelimuti, cantik sekali. Akan tetapi,
ungkapan-ungkapan menyindir itu terucap di tengah suasana makan malam yang
seharusnya menjadi momen terbaik merasakan
hangatnya bercengkrama bersama keluarga.
“Wah, Doni
anak Bibi Mira itu memang pandai sekali yah, tadi sore ibu menelpon Bibi kalian
karena ada suatu keperluan, terus kata Bibi Mira, Doni meraih juara umum di
sekolahnya”. Suara ibu membuka percakapan.
“Iya, Bu.
Katanya Kak Doni itu selalu dapat peringkat pertama sejak kelas satu SD”. Sahut
adik Syakira, menambahkan.
“Bagaimana denganmu
Syakira? Kamu tidak pernah bisa membanggakan orangtua! tengoklah, Ririn anak
bibimu itu, sudah berdesak-desakan piala kejuaraan mengisi almarinya. Sedangkan
kamu?!” Kata ayah, ketus. Memang, selama ini ayah terlalu berambisi
menggembleng anak-anaknya agar kesuksesan senantiasa berpihak pada mereka. Ia
tak ingin apa yang pernah dirasakan saat sulitnya ia mencari pekerjaan, akan
dialami juga oleh sang anak kelak.
Entah apa yang salah dari dirinya. Meski ia tak
seperti anggota keluarga lainnya yang memiliki segudang prestasi membanggakan,
akan tetapi ia bukan tipe orang yang tak bersahabat dengan lembar demi lembar buku.
Semasa kecil Syakira telah bertemankan fase tersulit dalam keluarga. Jangankan untuk
memenuhi kriteria gizi yang sempurna, barang sesuap nasi pun keduanya terlunta-lunta.
Namun, saat seorang kakak dari ayah dengan sukarela memberikan modal kepada
orangtua Syakira. Modal tersebut lantas dimanfaatkan untuk membuka usaha
bengkel yang sederhana. Berkat kegigihan Ayah Syakira dalam mengolah usahanya,
bengkel tersebut mendapat kemajuan sehingga bisa direnovasi menjadi showroom
motor yang cukup besar serta menyediakan alat lokomotif yang berkualitas. Ketika
tabungan mereka mulai stabil, Ibu Syakira semakin meramaikan rukonya dengan menjual
beragam perabotan rumah. Kehidupan Syakira dan keluarganya kian membaik. Dari
kisah masa lalu kehidupan Syakira, mungkin itulah yang menyebabkan pertumbuhan
badan serta otak Syakira tidak sebagus saudara-saudaranya.
Hingga tiba
waktunya, hari dimana hasil ujian nasional SMA sederajat diumumkan. Betapa
tercengang ia kala membaca deretan angka yang terpampang di sebelah namanya. Angka
3 yang tidak perlu diperkirakan lagi lulus atau tidaknya. Sebab, kini
keberuntungan itu telah menghampirinya. Bertepatan dengan tahun kelulusan itu
juga, pemerintah menerapkan kebijakan baru yakni penghapusan istilah tidak
lulus dalam ujian nasional, serta mengizinkan bagi semua siswa-siswi yang nilainya
di bawah batas minimum, untuk tetap dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kabar menggembirakan tersebut telah menggurat senyum di wajah Syakira.
Waktu terus
bergulir, hari berganti menjadi minggu, minggu menyulam bulan, bulan mengalir membentuk
tahun muda. Tak terasa tiga tahun sudah lamanya Syakira menghabiskan waktu
dengan segala macam kegiatan perkuliahan di jurusan yang ia pilih sendiri. Syakira
yang dahulu selalu berpenampilan sederhana, kini menjelma sebagai gadis yang
berpenampilan modis dan memiliki banyak teman serta disenangi di kalangan para
dosen. Lantaran sikapnya yang ramah, disiplin, serta mudah beradaptasi dengan
lingkungan sekitar. Tidak hanya itu, ia juga tergolong mahasiswi yang
rajin mengumpulkan tugas dengan hasil yang
memukau. Dirinya sadar, bahwa jika ia ingin menjadi orang berhasil, maka ia harus
berusaha lebih untuk mengejar keberhasilannya.
Lusa yang
dinanti telah datang menagih janji. Meski ia telah semaksimal mungkin mempersiapkan
diri menghadapi ujian skripsi. Namun, rasa gugup dan detak jantung yang terasa
lebih cepat tak mampu ia hindari. Pada
saat yang tepat, Sang Maha Kuasa memberikan pertolongan. Ketika mulai
menjabarkan hasil penelitiannya, sekonyong-konyong kepercayaan dirinya muncul
sehingga ia mampu mempertanggungjawabkan hasil penelitian dihadapan penguji.
Hingga pada akhirnya lulus dengan menyandang predikat mahasiswa terbaik. Tak ingin mengulur-ulur
waktu, setelah menyelesaikan program pendidikan sarjana, ia langsung mengambil
program magister, hingga doktornya.
Maka inilah
Syakira yang sekarang. Memeluk seluruh kenangan itu tanpa menyimpan rasa dendam.
Sembari menatap tiruan dirinya yang terkurung bingkai foto, tampak anggun
mengenakan toga dengan sebuah senyum mengembang. Ukiran bunga pemberian dari
para kerabat dan sahabat juga turut menyertai di sana.
Segala puji syukur
tak terhingga selalu ia panjatkan kepada Sang Maha Berkehendak. Sebab ia sadar,
sekeras apa pun iamengubah takdirnya, sekuat apa pun ia berlari mengejar cita, tentu
ia tak kan pernah sanggup mencapainya. Kalau bukan atas ridha dari Sang Maha
Segalanya, pemilik skenario kehidupan.
***
Cerpen ini diadaptasi dari kisah nyata. Semoga dengan kisah
ini mampu menggugah hati para pembaca. So, buanglah jauh-jauh kata menyerah di
setiap perjuangan yang kita lakukan.
Editor, Miftah hilmi Afifah.
The
end
MasyaaAllah. Sungguh menginspirasi sekali.
BalasHapusMakasih atas kunjungannya.
HapusSemoga bermanfaat.
Salam kenal untuk Syakira.
BalasHapusYet.
HapusSemoga syakira segera hadir.
Badai rintangan itu menjadi pintu guna membuka kreativitasmu dalam menjalani hari. Tetap semangat, insya Allah selalu ada jalan baik ..
BalasHapusAmin.
HapusSedikit masukan. Jangan menggunakan kata 'hanya' dan 'saja' dalam satu kalimat agar tidak lewa. Cukup pakai salah satunya. Sukses selalu buat penulisnya, juga buat LR.
BalasHapusYaps.
HapusMakasih masukannya.
Insya allah bermanfaat buat team redaksi kami.
Jangan bosan untuk singgah.